Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Hal ini karena indikasi pasokan minyak Rusia yang kuat mengimbangi data pertumbuhan ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan, margin penyulingan distilasi menengah yang kuat dan harapan pemulihan cepat dalam permintaan China.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (28/1/2023), harga minyak Brent turun 81 sen atau 0,9 persen menjadi USD 86,66 per barel. Tapi angka ini naik 3 sen dari penutupan perdagangan minggu lalu.
Baca Juga
Sementara harga minyak mentah AS turun USD 1,33 atau 1,6 persen menjadi USD 79,68. Angka ini turun 2 persen pada sepanjang perdagnagan minggu ini.
Advertisement
Pasokan minyak dari pelabuhan Baltik Rusia akan naik sebesar 50 persen bulan ini dari Desember karena penjual mencoba untuk memenuhi permintaan yang kuat di Asia dan keuntungan dari kenaikan harga energi global.
Pasokan minyak mentah Ural dan KEBCO dari Ust-Luga selama 1-10 Februari dapat naik menjadi 1,0 juta ton dari 0,9 juta dalam rencana untuk periode yang sama di Januari, pedagang juga.
“Jika pasokan Rusia tetap kuat menjelang bulan depan, minyak mungkin akan terus turun,” kata Partner di Again Capital LLC New York, John Kilduff.
Dia menambahkan bahwa aksi ambil untung menjelang akhir pekan mungkin juga telah mendorong harga lebih rendah.
Perusahaan energi AS minggu ini mempertahankan rig minyak dan gas alam stabil di 771, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co BKR.O mengatakan dalam laporannya yang diikuti pada hari Jumat.
Produksi Minyak
Sementara itu, delegasi OPEC+ bertemu minggu depan untuk meninjau tingkat produksi minyak mentah, dengan sumber dari kelompok produsen minyak mengharapkan tidak ada perubahan pada kebijakan produksi saat ini.
Keputusan Federal Reserve AS berikutnya tentang suku bunga yang akan dibuat pada pertemuan selama 31 Januari dan 1 Februari dengan latar belakang penurunan inflasi dan produk domestik bruto yang tumbuh 2,9 persen lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal keempat.
Di China, kasus COVID-19 yang sakit kritis turun 72 persen dari puncaknya awal bulan ini sementara kematian harian di antara pasien COVID-19 di rumah sakit telah turun 79 persen dari puncaknya, menunjukkan normalisasi ekonomi China dan meningkatkan ekspektasi pemulihan permintaan minyak.
Advertisement
Rusia Tak Jadi Pasok Minyak ke Indonesia, Menko Luhut Minta Nicke Cek Masalah di Pertamina
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menjelaskan terkait pembelian minyak mentah dari Rusia yang tak kunjung terealisasi.
Menurut Luhut, masalah pasokan minyak yang tak kunjung datang disebabkan oleh kebijakan di PT Pertamina (Persero). Akhirnya, ia pun 'menyenggol' direksi Pertamina.
Alhasil, Rusia gagal memasok minyak mentah ke Indonesia. Padahal, Luhut mengaku telah bertandang ke Rusia pada Agustus tahun lalu.
“Maaf ini bu Nicke (Direktur Utama Pertamina), ini ada (Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves) Rachmat dengar, kami kesulitan di Pertamina mutar sana mutar sini mentok intinya supaya tidak jadi,” kata Luhut dalam acara Saratoga Investment Summit 2023, di Jakarta, ditulis Jumat (27/1/2023).
Sementara itu, Luhut meminta Direktur Utama Pertamina untuk menindaklanjuti terkait laporan tersebut.
"Jadi bu Nicke tolong dicek, saya lapor presiden, I tell you, kalau begini bubar kita," kata Luhut.
Di sisi lain, Luhut mengaku tengah melakukan perbincangan kembali dengan Menteri Perekonomian Rusia mengenai rencana pembelian minyak mentah tersebut.
"Menteri ekonomi dari Rusia dia bicara banyak. Terus tadi saya tanya, kau nawarin begini-ginian saya sudah pergi ke Rusia, mau beli minyak kau, investasi TPP," kata Luhut.
Namun, sudah lima bulan tidak ada yang jadi dari penawaran tersebut. Menko Luhut mengaku, saat ini kontrak minyak tersebut tidak begitu mendesak, karena harga minyak pun sudah mulai melandai.
"You can't do like this orang datang ke kita berhenti karena tidak sejalan. Saya challenge itu Rusia, mana minyak mu sekarang minyak sudah turun baru kau tawarin. Kami sudah tidak butuh kau lagi," ujar dia.
Terbitkan Dekrit, Rusia Larang Ekspor Minyak ke Negara Ikut Batas Harga Negara Barat
Sebelumnya, Rusia telah melarang penjualan minyak mentah ke negara dan perusahaan yang mematuhi batas harga yang disepakati oleh negara-negara Barat.
Dikutip dari BBC, Rabu (28/12/2022) batas tersebut melarang penjualan lebih dari USD 60 atau sekitar Rp. 947 ribu per barel minyak mentah Rusia.
Larangan itu disampaikan melalui dekrit Presiden Rusia Vladimir Putin dan akan berlaku selama lima bulan, mulai dari 1 Februari hingga 1 Juli 2023.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan sebelumnya pada Selasa (27/12/2022) bahwa defisit anggaran negara itu bisa lebih banyak dari yang direncanakan, 2 persen dari PDB pada tahun 2023 - dengan batas harga minyak menekan pendapatan ekspor.
Sementara itu, harga minyak dunia saat ini diperdagangkan di sekitar USD 80 per barel - turun jauh dari puncak di atas USD 120, yang terlihat pada bulan Maret dan Juni 2022.
Seperti diketahui, negara anggota G7 yang meliputi Amerika Serikat, Australia dan Uni Eropa mulai memberlakukan kebijakan batas harga minyak Rusia pada 5 Desember 2022.
Batas harga tersebut bertujuan untuk mengurangi pendapatan minyak Rusia.
Tetapi, meskipun permintaan Barat untuk minyak Rusia turun selama perang di Ukraina, pendapatan Rusia tetap tinggi karena lonjakan harga dan permintaan dari negara lain, termasuk dari India dan China.
Advertisement